Penulis : M. Aan Mansyur
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2015
Halaman : 155
ISBN : 978-602-03-1557-7
Overall Rate ⭐⭐⭐⭐
Aku benci berada di
antara orang-orang yang bahagia. Mereka bicara tentang segala sesuatu,
tapi kata-kata mereka tidak mengatakan apa-apa. Mereka tertawa dan
menipu diri sendiri menganggap hidup mereka baik-baik saja. Mereka
berpesta dan membunuh anak kecil dalam diri mereka.
Aku senang berada di antara orang-orang yang patah hati. Mereka tidak banyak bicara, jujur, dan berbahaya. Mereka tahu apa yang mereka cari. Mereka tahu dari diri mereka ada yang telah dicuri.
"Menikmati Akhir Pekan"
Aku senang berada di antara orang-orang yang patah hati. Mereka tidak banyak bicara, jujur, dan berbahaya. Mereka tahu apa yang mereka cari. Mereka tahu dari diri mereka ada yang telah dicuri.
"Menikmati Akhir Pekan"
***
Beberapa
orang bilang: "Buku yang bagus adalah buku yang bisa membuatmu berpikir
dan ingin menulis." Dalam syarat semacam itu, buku ini benar-benar
bagus menurutku. Membaca
Melihat Api Bekerja karya M. Aan Mansyur serasa membaca kumpulan cerita
yang dipuisikan, dengan kalimat-kalimat serta kata-kata sambung yang
sering kali dipecah-pecah secara sembarangan demi memunculkan rima yang
teratur. Dalam setiap puisinya, Aan menarasikan bukan hanya perenungan
dan perasaan, tetapi juga kritik dan sindiran terhadap hal-hal yang sering kita anggap “biasa saja” namun kontradiksi pada nilai-nilai yang ada. Layaknya
buah karya seniman pada umumnya, Melihat Api Bekerja, jika boleh
dinilai, merupakan perwujudan diri Aan secara hati dan pikiran.
Membaca Melihat Api Bekerja juga merupakan tantangan besar, karena dari 54 puisi yang tersaji, beberapa ada yang menggunakan diksi yang teramat kental serta gaya stream of consciousness yang sulit diikuti ujung pangkalnya sehingga dibaca sampai berulang kali pun tidaklah cukup. Mungkin satu-satunya cara untuk mengerti adalah dengan membiarkan semua kata-kata itu hanyut dan dengan sendirinya menciptakan perasaan-perasaan artifisial yang ingin ditunjukkan Aan lewat puisi-pusi ini.
Membaca Melihat Api Bekerja juga merupakan tantangan besar, karena dari 54 puisi yang tersaji, beberapa ada yang menggunakan diksi yang teramat kental serta gaya stream of consciousness yang sulit diikuti ujung pangkalnya sehingga dibaca sampai berulang kali pun tidaklah cukup. Mungkin satu-satunya cara untuk mengerti adalah dengan membiarkan semua kata-kata itu hanyut dan dengan sendirinya menciptakan perasaan-perasaan artifisial yang ingin ditunjukkan Aan lewat puisi-pusi ini.
Namun begitu, Aan
Mansyur menyihir dengan puisinya yang bukan seperti penyair lain, bukan pula
seperti penyair angkatan '45, tetapi ia penyair yang lahir di era
kebahagian adalah "kebohongan", kebohongan adalah "kebodohan membunuh anak
kecil dalam dirimu sendiri", sendiri adalah "lagu paling sedih", sedih
adalah "guratan takdirmu dan ibumu", ibumu adalah "pencipta kebahagian yang
paling abadi". Semua itu adalah potongan-potongan bait puisi yang terdapat dalam buku ini. Puisi-puisi ini terasa begitu senang duduk di celah hati. Dan ada beberapa yang membuat hati terjentik. Indah. Kata-kata yang selalu memeluk asa, dan rasa. Yang jelas, aku sangat menikmati membaca kumpulan puisi ini.
"Kau Membakarku Berkali-kali"Dan potongan yang menjadi bagiaan kesukaanku ada dalam puisi "Menenangkan Rindu"
Aku pernah tinggal di buku
catatan harianmu dan kau bakar
di kaki pohon mangga di samping
kamar tidurmu. Kau kembalikan
aku jadi pohon dan aku semakin mencintaimu.
Aku ranting yang kemarin sore
kau potong karena menyentuh
kaca jendelamu. Akan kau dengar
aku tidak berhenti mengucapkan
namamu ketika apimu menghabisi
tubuhku sekali lagi.
Buat apa kuserahkan hidupku
kepada hal-hal lain, jika cinta juga
bisa membunuhku. berkali-kali dan
berkali-kali lebih perih. (halaman 147)
Dia meninggalkanmu agar bisa
selalu mengingatmu. Dia akan
pulang untuk membuktikan
mana yang lebih kuat, langit atau
matamu. (halaman 47)
Setiap cerita dalam
puisi-puisinya disertai dengan Ilustrasi yang begitu manis dan saling
melengkapi, seakan menampilkan cantik tapi terluka; sempurna tapi menderita; cinta
tapi juga dendam. Terutama ilustrasi perempuan pada cover buku. Sehingga sajak dan ilustrasinya bisa saling menghidupkan,
maka pembaca pun dibawa hanyut sekali lagi.
Dalam buku ini aku benar-benar melihat bagaimana api bekerja dalam semangat Aan -sang penyair. So I think this one's deserve four out of five stars!