Penulis : W.S Rendra
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun : 2013
Halaman : 120
ISBN : 978-602-88-1112-5
Overall Rate ⭐⭐⭐⭐⭐
Rendra, penyair
legendaris negeri ini, telah lama berpulang. Namun, dia tidak sepenuhnya
pergi. Ditinggalkannya alunan kata yang indah dan bertenaga bagi kita.
Rendra bukan hanya seorang penyaji estetika. Dia turut menghadirkan
realita di dalamnya. Perhatikanlah betapa puisi-puisinya selalu bicara
tentang peristiwa di sekeliling kita. Tentang mulut-mulut yang
terbungkam. Tentang orang-orang yang dirampas haknya. Tentang harapan
mereka yang dilupakan. Namun, tak lupa pula dia membingkai rasa
hormatnya kepada pencipta dalam larik-larik penuh makna.
Doa untuk Anak Cucu berisi puisi-puisi yang kerap dibacakan Rendra di berbagai kesempatan, namun tak pernah diterbitkan. Buku ini memberi kesempatan bagi siapa saja yang ingin menikmati kepekaan dan kegeniusan Rendra dalam mengolah rasa menjadi kata, sekaligus menjadi warisan otentik tak ternilai bagi generasi-generasi yang akan terlahir di masa-masa berikutnya.
Doa untuk Anak Cucu berisi puisi-puisi yang kerap dibacakan Rendra di berbagai kesempatan, namun tak pernah diterbitkan. Buku ini memberi kesempatan bagi siapa saja yang ingin menikmati kepekaan dan kegeniusan Rendra dalam mengolah rasa menjadi kata, sekaligus menjadi warisan otentik tak ternilai bagi generasi-generasi yang akan terlahir di masa-masa berikutnya.
***
Aku suka Rendra. Suka sekali. Mungkin karena gaya penulisannya yang sangat khas: frontal, tidak basa-basi, tegas, dan lugas. Ia tidak
menggunakan banyak metafora atau simile, kalaupun ya, metaforanya masih
dapat dengan mudah dipahami. Terlebih lagi biasanya Rendra menuliskan
kisah, balada, dan fenomena di balik puisinya, jadi biar kita pinter
dikit baca puisi sekaligus belajar sejarah, belajar sosiologi, belajar
politik, belajar hidup dari penulis sekelas W.S. Rendra dengan ilmu dan pengalaman dalam bidang
sastra, teater, dan puisi yang mumpuni.
Buku ini memuat 22 puisi, dengan objek yang berbeda-beda, namun benang merahnya tetap protes terhadap pemerintah, politisi, militer. Ia juga mengajak kita melihat konsep ideal tentang hubungan antara rakyat dan pemerintah.
Semenjak puisi pertama, hingga terakhir, jujur aku sangat menikmati. Mungkin karena Rendra bukan tipe pengguna kalimat metafora yang membingungkan. Dengan menggunakan kalimat lugas, puisinya tetap saja indah dibaca dan dirasa. Kebanyakan puisi dalam buku ini merupakan puisi bernada sosial, dan didominasi kritik terhadap pemerintahan Soeharto yang memang membatasi kebebasan para seniman saat itu. Ada pula puisi yang bernuansa religius, konflik Ambon, Tsunami Aceh, dan kehidupan kaum miskin. Puisi-puisinya adalah saksi betapa membabi buta cintanya terhadap rakyat dan mereka yang terpinggirkan.
Buku ini memuat 22 puisi, dengan objek yang berbeda-beda, namun benang merahnya tetap protes terhadap pemerintah, politisi, militer. Ia juga mengajak kita melihat konsep ideal tentang hubungan antara rakyat dan pemerintah.
Semenjak puisi pertama, hingga terakhir, jujur aku sangat menikmati. Mungkin karena Rendra bukan tipe pengguna kalimat metafora yang membingungkan. Dengan menggunakan kalimat lugas, puisinya tetap saja indah dibaca dan dirasa. Kebanyakan puisi dalam buku ini merupakan puisi bernada sosial, dan didominasi kritik terhadap pemerintahan Soeharto yang memang membatasi kebebasan para seniman saat itu. Ada pula puisi yang bernuansa religius, konflik Ambon, Tsunami Aceh, dan kehidupan kaum miskin. Puisi-puisinya adalah saksi betapa membabi buta cintanya terhadap rakyat dan mereka yang terpinggirkan.
"Gumamku, ya Allah"Tidak bisa untuk tidak memberi buku antologi puisi ini lima bintang, karena pada akhirnya kumpulan puisi Rendra ini memang merupakan doanya bagi anak cucu (baca: kita).
Angin dan langit dalam diriku
gelap dan terang di alam raya
arah dan kiblat di ruang dan waktu
memesona rasa duga dan kira
adalah bayangan rahasia kehadiran-Mu, ya Allah!
Serambut atau berlaksana hasta
entah apa bedanya dalam penasaran pengertian
Musafir-musafir yang senantiasa mengembara
Umat manusia tak ada yang juara
Api rindu pada-Mu menyala di puncak yang sepi
Semua manusia sama tidak tahu dan sama rindu
Agama adalah kemah para pengembara
Menggema beragam doa dan puja
Arti yang sama dalam bahasa-bahasa berbeda (halaman 3)
0 komentar:
Posting Komentar